Sabtu, 12 Februari 2011

Robot Edukasi untuk Pembelajar Robotik

 

Robot Edukasi merupakan robot edukasi yang menggunakan robot controller berbasis mikrokontroler Microchip PIC atau Atmel AVR yang dikembangkan oleh NEXT SYSTEM Robotics Learning Center.
Robot Edukasi dilengkapi dengan sejumlah komponen pendukung seperti motor DC (lengkap dengan gear box dan roda), dukungan terhadap motor servo, line sensor, sound sensor, light sensor, touch sensor, dan modul infrared modulated receiver. Selain itu, tersedia sejumlah sensor tambahan yang bersifat opsional, seperti sensor temperatur, sensor ultrasonik, sensor api, dan yang lainnya.
Robot Edukasi dapat digunakan untuk pembelajaran otomasi, mengingat sejumlah pernak-pernik pendukung pembelajaran tersebut sudah ditanam di dalamnya.
Set sudah dilengkapi hardware programmer USB atau Parallel. Dengan demikian, pengguna laptop terkini, yang umumnya hanya dilengkapi dengan port USB, dapat melakukan pemrograman dengan mudah dan nyaman.
Banyak aplikasi robotik yang bisa dikembangkan dengan set ini, seperti: robot line follower, robot light follower, robot obstacle avoidance, remote controlled robot, robot pemadam api, robot sumo, dan yang lainnya. Aplikasi-aplikasi ini dibahas tuntas dalam kelas pelatihan Pemrograman Mikrokontroler dan Aplikasinya dalam Robotik, sekaligus ditunjukkan bahwa mengembangkan aplikasi robotik tidaklah serumit dan sesulit yang dibayangkan.
Robot Edukasi dapat diprogram dengan Bahasa C, BASIC, Pascal, serta Flowchart.
Dalam waktu dekat, NEXT SYSTEM Robotics Learning Center akan meluncurkan buku pembelajaran robotik yang membahas Robot Edukasi secara komprehensif – Bermain Mikrokontroler dan Robotika.
Beberapa gambar lainnya dapat dilihat di alamat:  http://www.flickr.com

Robot Bionik untuk penelitian ruang angkasa

    Selama ini kita lebih banyak mengenal robot dengan sosok yang dimiripkan dengan manusia. Namun ternyata robot-robot yang meniru sosok binatang lebih efektif untuk tujuan penelitian. Setelah meneliti bentuk tubuh ular atau laba-laba, para ahli robotika menyadari bentuk tubuh semacam itulah yang cocok untuk segala medan. Bahkan untuk penelitian di planet Mars, para ahli robotika dari Jerman membuat kendaraan beroda enam Sojourner yang amat stabil. Strukturnya terilhami serangga atau laba-laba yang berkaki banyak, dan stabil merambah segala medan. Memang idealnya untuk medan yang berbeda, diperlukan rancang bangun yang berbeda pula. Demikian diungkapkan Frank Kirchner dari perhimpunan ahli matematika dan pengolah data dari Sankt Augustin-Jerman. Sejak akhir bulan April lalu Kirchner melakukan ujicoba robot berkaki delapan yang diberi nama Skorpion. Robot sepanjang 30 sentimeter ini memang hanya separuh ukuran Sojourner. Tapi disebutkan lebih tangguh menjelajahi permukaan Mars yang kasar dan berbatu. Di lembaga penelitian milik lembaga luar angkasa AS-NASA di California, robot berkaki delapan yang dibuat dari serat karbon, terbukti mampu mengarungi medan berbatu atau padang pasir, yang tidak mungkin dilalui wahana beroda. Untuk menambah ketangguhannya, pada robot Skorpion dipasangi chips kecerdasan buatan. Jika kontak gelombang radio dengan Bumi terputus, robot tsb akan terus melaksanakan kegiatannya. Data-data yang dikumpulkan akan dikirimkan jika kontak dengan Bumi tersambung kembali. Di masa depan, robot-robot semacam itu akan memainkan peranan penting dalam penelitian ilmiah baik di Bumi maupun dalam missi luar angkasa. Untuk ekspedisi penelitian planet Mars dari tahun 2003 sampai 2007 direncanakan mengirimkan armada robot Skorpion semacam itu. Robotnya akan dikendalikan oleh semacam induk Skorpion merupakan perangkat komputer pusat, yang menampung seluruh data yang dikumpulkan anak-anaknya. Dalam ujicoba berat di gurun Mojave di California, robot Skorpion yang dilengkapi panel surya harus mampu melakukan operasi sejauh 40 kilometer dari robot induk. Selain itu untuk pertama kali operasinya samasekali tidak akan melibatkan manusia.

Senin, 07 Februari 2011

Teknologi Robot Untuk Militer

Ada sebuah artikel menarik di Washington University di St Louis situs tentang peningkatan penggunaan robotics dalam operasi militer. Beberapa peneliti universitas dan Smart dicatat bahwa militer mengharapkan agar robot diimplementasikan sebagai kekuatan sampai 30% di tahun 2020 oleh militer. Dengan peningkatan penyebaran yang tak udara kendaraan (UAV), robot mencari IED dan perangkat pengawasan robot, dengan ini tampaknya tujuan penciptaan robot akan segera tercapai. Dengan memperhatikan hal itu mungkin waktu untuk yang akan mempertanyakan militer robot dapat digunakan untuk fasilitas keamanan dari radiasi kimia?
Menurut artikel yang ini generasi robot perangkat disebarkan dengan militer AS memanfaatkan beberapa tingkat teleoperation; yang jauh manusia menggunakan perangkat komunikasi untuk mengontrol operasi dari robot. Dpt diramalkan untuk masa depan robot perangkat militer dan keamanan layanan mereka akan memiliki fungsi utama jauh oleh dengan pengendali manusia. Pada umumnya peningkatan penggunaannya diarahkan sebagai robot penolong atau kontrol dari perangkat dan layanan.


Peran keamanan untuk Robot





Sejarah dan Perkembangan Teknologi Robot



  Keunggulan dalam teknologi robotik tak dapat dipungkiri telah lama dijadikan ikon kebanggaan negara-negara maju di dunia. Kecanggihan teknologi yang dimiliki, gedung-gedung tinggi yang mencakar langit, tingkat kesejahteraan rakyatnya yang tinggi, kota-kotanya yang modern, belumlah terasa lengkap tanpa popularitas kepiawaian dalam dunia robotik.
   Penelitian dan pengembangan pertama yang berbuah produk robotik dapat dilacak mulai dari tahun 1940-an ketika Argone National Laboratories di Oak Ridge, Amerika, memperkenalkan sebuah mekanisme robotik yang dinamai master-slave manipulator. Robot ini digunakan untuk menangani material radioaktif. Kemudian produk pertama robot komersial diperkenalkan oleh Unimation Incorporated, Amerika pada tahun 1950-an. Hingga belasan tahun kemudian langkah komersial ini telah diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain. Namun demikian, seperti ditulis dalam beberapa sumber, penelitian intensif dibidang teknologi robotika dan niatan menjadikan robotik sebagai sebuah disiplin ilmu kala itu belum terpikirkan.
   Baru setelah dunia mulai menapak ke jaman industri pada pertengahan tahun 60-an kebutuhan akan otomasi makin menjai-jadi. Pada saat itulah robotik diterima sebagai disiplin ilmu baru yang mendampingi ilmu-ilmu dasar dan teknik yang telah mapan sebelumnya. Di negara-negara yang telah mapan kala itu, seperti Amerika, Inggris, Jerman dan Perancis mulai bermunculan grup-grup riset yang menjadikan robotik sebagai temanya, kemudian diikuti oleh Jepang, yang dipelopori oleh ilmuwan-ilmuwan yang baru pulang dari menimba ilmu di Amerika. Bahkan, di kemudian hari Jepang-lah yang tercatat sebagai negara yang paling produktif dalam mengembangkan teknologi robot. Hal ini tidak lain karena jepang gigih dalam melakukan penelitian teknologi infrastruktur seperti komponen dan piranti mikro (microdevices) yang akhirnya bidang ini terbukti sebagai inti dari pengembangan robot modern.