Sabtu, 12 Februari 2011

Robot Bionik untuk penelitian ruang angkasa

    Selama ini kita lebih banyak mengenal robot dengan sosok yang dimiripkan dengan manusia. Namun ternyata robot-robot yang meniru sosok binatang lebih efektif untuk tujuan penelitian. Setelah meneliti bentuk tubuh ular atau laba-laba, para ahli robotika menyadari bentuk tubuh semacam itulah yang cocok untuk segala medan. Bahkan untuk penelitian di planet Mars, para ahli robotika dari Jerman membuat kendaraan beroda enam Sojourner yang amat stabil. Strukturnya terilhami serangga atau laba-laba yang berkaki banyak, dan stabil merambah segala medan. Memang idealnya untuk medan yang berbeda, diperlukan rancang bangun yang berbeda pula. Demikian diungkapkan Frank Kirchner dari perhimpunan ahli matematika dan pengolah data dari Sankt Augustin-Jerman. Sejak akhir bulan April lalu Kirchner melakukan ujicoba robot berkaki delapan yang diberi nama Skorpion. Robot sepanjang 30 sentimeter ini memang hanya separuh ukuran Sojourner. Tapi disebutkan lebih tangguh menjelajahi permukaan Mars yang kasar dan berbatu. Di lembaga penelitian milik lembaga luar angkasa AS-NASA di California, robot berkaki delapan yang dibuat dari serat karbon, terbukti mampu mengarungi medan berbatu atau padang pasir, yang tidak mungkin dilalui wahana beroda. Untuk menambah ketangguhannya, pada robot Skorpion dipasangi chips kecerdasan buatan. Jika kontak gelombang radio dengan Bumi terputus, robot tsb akan terus melaksanakan kegiatannya. Data-data yang dikumpulkan akan dikirimkan jika kontak dengan Bumi tersambung kembali. Di masa depan, robot-robot semacam itu akan memainkan peranan penting dalam penelitian ilmiah baik di Bumi maupun dalam missi luar angkasa. Untuk ekspedisi penelitian planet Mars dari tahun 2003 sampai 2007 direncanakan mengirimkan armada robot Skorpion semacam itu. Robotnya akan dikendalikan oleh semacam induk Skorpion merupakan perangkat komputer pusat, yang menampung seluruh data yang dikumpulkan anak-anaknya. Dalam ujicoba berat di gurun Mojave di California, robot Skorpion yang dilengkapi panel surya harus mampu melakukan operasi sejauh 40 kilometer dari robot induk. Selain itu untuk pertama kali operasinya samasekali tidak akan melibatkan manusia.
 Selama beberapa pekan, robot-robot kecil berkaki delapan itu hanya akan dikendalikan oleh robot induk. Para pakar hanya akan memantau ujicobanya, akan tetapi tidak aktif mengendalikannya. Jika robot-robot skorpion itu terbukti lulus ujicoba, berarti tidak ada lagi halangan untuk mengoperasikannya dalam misi berat di planet Mars. Selain robot yang bisa merayap atau melata, robot yang bergerak dengan cara melompat seperti kodok atau kanguru juga menjadi fokus penelitian. Dalam missi penelitian di berbagai planet dalam Tata Surya yang gravitasinya lebih lemah dari gravitasi Bumi, gerak melompat amat menghemat energi. Seperti diketahui, salah satu kunci keberhasilan misi luar angkasa adalah, memanfaatkan energi sehemat mungkin untuk memperoleh data sebanyak mungkin.
Hambatan terbesar dalam penelitian menggunakan robot bionik semacam itu, adalah pada saat pendaratannya di planet yang akan diteliti. Robot bionik harus mampu bertahan dari impak pendaratan, sekaligus dari temperatur dan gaya gravitasi ekstrim. Memang dengan mengirimkan armada robot peneliti berukuran kecil, kerusakan beberapa buah robot tidak menjadi hambatan besar. Namun para ahli memimpikan robot-robot pintar, yang mampu mereparasi robot yang rusak atau mengatasi kerusakan pada dirinya sendiri. Untuk mewujudkan impiannya, para ahli robotika NASA membuat proyek yang memanfaatkan teknologi Nano yang diberi nama ANTS. Bekerjasama dengan laboratorium pengembangan kecerdasan buatan di Institut Teknologi Massaschussets, dirancang robot-robot Nano, yang mampu bertindak sebagai pabrik dan bengkel sekaligus. Selain itu juga mampu mencari material yang dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan. Proyeknya diduga baru menunjukan hasil tahun 2020. Dengan mengerahkan armada robot pintar yang memiliki perilaku sosial, para ahli di NASA mengharapkan penelitian di planit Jupiter, Uranus dan Neptunus dalam lebih diintensifkan. Dengan meniru perilaku sosial pada semut, robot-robot bionik tsb akan melacak sumber energi dan sumber material, agar dapat mempertahankan kehidupannya. Tahap selanjutnya, robot-robot pintar itu dapat diprogram untuk membangun permukiman bagi manusia, yang akan datang ke planet tersebut. Inilah impian utopis, yang hendak diwujudkan dengan bantuan robot bionik pintar.

Tidak ada komentar: